SPERS MABES TNI DAN UNKRISNA ADALAH PERGURUAN TINGGI YANG BEKERJASAMA DENGAN MABES TNI

SPER MABES TNI DAN UNKRISNA ADALAH PERGURUAN TINGGI YANG BEKERJA SAMA DENGAN MABES TNI

Sabtu, 13 Februari 2010

I3M, merancang masa depan Indonesia




I3M, merancang masa depan Indonesia


”masa depan adalah mimpi, dan mimpi adalah masa depan...”

Proses rekayasa struktur masa depan bukanlah suatu proses yang secara ilmiah tidak dapat direpresentasikan dalam variabel-variabel yang dapat dipertanggungjawab. Lebih dari itu, proses ini adalah sebuah keniscayaan, walaupun memiliki variabel tak tentu dan tentu saja hasil acak yang sulit untuk diprediksikan. Tapi secara empiris proses rekayasa ini adalah hal yang mungkin dilakukan oleh beberapa pihak, yang tentu saja sangat meyakini bahwa masa depan adalah proses akumulasi pengaruh masa lampau. Bagi mereka yang memiliki gambaran struktur masa depan yang didasarkan pada beberapa hal yang fundamental sebagai koridor tentu saja dapat dengan sederhana membuat langkah strategis dengan jelas sehingga proses rumit untuk mencapai sebuah hasil akumulasi pembentukan struktur masa depan yang mereka ingin menjadi proses yang mudah. Koridor yang diyakini oleh mereka yang mampu meramalkan bentuk masa depan, adalah karakteristik pola sejarah manusia dan tentu saja hal tersebut berkaitan dengan manusia itu sendiri. Dengan koridor tersebut, mereka akan memulai menyederhanakan proses akumulasi struktur masa depan tersebut menjadi beberapa bagian yang lebih sederhana. Bagian pertama adalah manusia, bagian kedua adalah sistem, dan ketiga adalah alat-alat.

Manusia, sangat jelas bagi mereka yang berusaha mengembangkan ide dan pemikiran mereka sehingga apa yang mereka yakini dapat menjadi sebuah kenyataan akan dimulai dengan proses pencarian orang-orang/pihak-pihak yang secara linier terkait dengan kebutuhan pembentukan struktur masa depan tadi. Manusia, sebagai subjek utama, adalah mereka-mereka yang secara bertahap akan mewujudkan masa depan dengan proses yang tampak sederhana. Sederhana bagi saya, karena masa depan yang mereka gambar cukup jelas untuk diwujudkan. Bahkan kadang-kadang sebenarnya proses mereka tidak didahului dengan proses berpikir, tapi biasa hanya karena desakan yang kuat dari dalam diri mereka (intuisi). Namun bagi mereka yang akan berperan sebagai nahkoda, bentuk struktur masa depan harus sejelas desain arsitektur sebuah rumah yang akan dibangun. Jadi memang harus sistematis dan terstruktur. Antara realitas dan masa depan terdapat jurang pemisah yang sering kita sebut sebagai masalah. Konstruksi realitas yang dimiliki tiap orang sangatlah unik sehingga persepsi masalah bagi tiap orang pun berbeda-beda, hal tersebut dipertegas lagi dengan perbedaan gambaran masa depan yang diinginkan. Namun bagi mereka yang ingin mencoba mewujudkan masa depan maka bentuk bagan di bawah ini akan menggambarkan bagaimana proses pencapaian itu terjadi. Bagan dibawah bisa didefinisikan sebagai proses penyamaan persepsi masa depan atau proses penyatuan visi. Inilah yang sering dilupakan banyak orang.

Masyarakat Indonesia, saat ini tidak memiliki orang-orang yang secara terbuka menerima peran pembentukan struktur masa depan ini. Hal ini terlihat dari semua sisi kehidupan bangsa ini yang tidak menuju sesuatu apapun. Bahkan lebih parah lagi para pemimpin kita, yang sudah seharusnya menanggung peran ini secara nyata menunjukkan hal sebaliknya. Mereka tidak mengerti kata masa depan, mereka tidak sanggup untuk memikirkan masa depan, mereka sangat tidak kreatif dalam membayangkan masa depan. Bagi mereka masa depan adalah takdir, hanya Yang Diatas lah yang menentukan. Itulah gambaran para pemimpin kita yang tidak memiliki kapabilitas untuk mewujudkan impian masyarakat mengenai masa depan. Institut Teknologi Bandung yang seharusnya menjadi pencetak orang-orang yang mampu dan mau untuk merealisasikan struktur masa depan saat ini lupa akan kaidah dasar perubahan. Kaidah pertama, hanya manusialah yang melakukan perubahan (selain Tuhan tentunya). Mengapa? Karena perubahan itu sendiri hanya berlaku bagi manusia, manusia sendirilah yang merasakannya, makhluk lain tidak berpikir untuk merasakannya. Kaidah kedua perubahan itu akan berlaku jika dimulai dengan perubahan cara pandang dari manusia itu sendiri. Perubahan cara pandang inilah yang seharusnya didapatkan dari sistem pendidikan.

Coba Anda bayangkan jika terdapat satu komunitas, dimana dalam komunitas tersebut terdapat sepuluh ribu pemuda pilihan dari sekitar dua ratus juta yang ada (1:20000). Menurut Anda bagaimanakah profil orang-orang pillihan tersebut. Menurut Anda apa yang bisa mereka lakukan, bayangkan saat anda harus menyeleksi satu orang dari dua puluh ribu orang. Kualitas pemuda seperti apa yang Anda bayangkan. Seberapa hebat komunitas tersebut menurut Anda. Sepuluh ribu orang terseleksi dari negeri ini berkumpul di sebuah tempat. Mungkin Anda akan membayangkan mereka sebagai pasukan elit yang bisa mengatasi masalah apapun, menyelesaikan semua misi, atau bahkan menggerakkan bangsa ini. Jika bayangan Anda seperti itu, lebih baik Anda buang jauh-jauh. Bayangan Anda meleset, Anda hanya akan menemukan pemuda-pemuda tanggung yang bahkan tidak tahu siapa diri mereka sebenarnya, apa peran mereka disana, apa tanggung jawab mereka disana, bahkan mereka tidak tahu apa tujuan sebenarnya mereka disana. Itulah ITB.


Selayang Pandang Inkubator Ide

Pusat inkubator ide dan inovasi ini hanya sebuah media bagi mereka untuk mulai belajar mewujudkan masa depan mereka, tentu saja melalui kemampuan yang mereka pelajari di kampus ini. Karena itulah sebenarnya fungsi kampus ini. Yaitu mencetak para engineer kemanusiaan, yang akan membawa manusia ke tatanan peradaban yang lebih baik melalui tools teknologi, sains dan seni. Melalui pusat inkubator ide dan inovasi ini, semua khayalan mereka tentang masa depan akan diwujudkan dalam sebuah struktur yang konkrit. Ide dan inovasi mereka tidak menjadi sesuatu yang artifisial seperti yang terlihat saat ini. Saat semua mahasiswa menganggap bahwa proses pembentukan ide dan inovasi hanya semata untuk mengejar kesenangan dan kebutuhan pribadi semata. Melalui pusat inkubator ini mahasiswa diajak untuk membentuk sebuah peradaban baru, peradaban yang mereka tentukan sendiri bentuknya melalui pengetahuan, kemampuan, dan ikhtiar mereka. Inkubator ide ini akan menjadi sarana bagi mahasiswa untuk terbiasa berpikir jauh ke depan dengan berbasis pada realitas. Sehingga dengan pola pendekatan seperti itu diharapkan mahasiswa sebagai agen perubahan bisa benar-benar terbiasa dengan pola pikir seorang agen perubahan yang selalu melakukan perubahan demi kehidupan masyarakat Indonesia yang lebih baik.

Dan tentu saja pusat inkubator ini sangat sejalan dengan visi ITB yang sedang menuju research university. Pusat Inkubator ini akan menjadi langkah strategis pencapaian visi ITB dengan pendekatan yang baru dimana ITB dipandang sebagai sebuah sistem yang terintegrasi. Institusi yang ada saat ini tidak mampu untuk menggabungkan semua potensi yang ada, terutama mahasiswa, sehingga ITB sebagai sebuah sistem tidak lagi memiliki kesatuan tujuan. Dan mengapa kemudian pusat inkubator ini mampu untuk mengarahkan mahasiswa?

Ada beberapa fungsi utama keberadaan pusat inkubator ini, antara lain:

1. Sebagai lembaga mediator, yaitu lembaga yang berfungsi untuk menghubungkan banyak kepentingan yang didasarkan kepada pencapaian tujuan bersama dan falsafah bersama. Lembaga mediator saat ini sangat diperlukan, mengingat adanya jurang pemisah antara mahasiswa dengan pihak birokrasi kampus. Oleh karenanya diperlukan mediator yang mengerti bagaimana kondisi keduanya. Mediator ini sifatnya bukan sebagai forum diskusi tetapi lebih kepada menghubungkan peran, fungsi, dan posisi semua pihak sehingga tercapai sistem yang efektif. Kabinet dan himpunan mahasiswa memiliki karakteristik unik tertentu dan yang paling mengerti kondisi mereka adalah mahasiswa itu sendiri. Namun saat ini dimana ITB sebagai institusi sedang berupaya untuk bertransformasi menjadi research university, ada beberapa halangan yang sebenarnya secara cerdas bisa diselesaikan. Salah satunya adalah paradigma yang salah dari mahasiswa mengenai perubahan itu sendiri. Beberapa strategi yang dilakukan untuk meningkatkan geliat mahasiswa untuk ikut serta dalam transformasi itu sendiri rasanya terlalu formalitas, tidak menyentuh pada kebutuhan dan keinginan mahasiswa itu sendiri. Melalui kegiatan-kegiatan saja rasanya tidak akan cukup, karena mahasiswa pun harus diajak secara total untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan cita-cita bersama ini.

2. Sebagai lembaga fasilitator, setelah mampu menjadi mediator yang menghubungkan banyak kepentingan dan mengarahkannya menuju pencapaian tujuan dan cita-cita ITB, maka sebagai fasilitator pusat inkubator ini akan coba memetakan semua potensi mahasiswa yang ada di kampus atau terkait dengan kampus ini. Setelah pemetaan potensi maka akan dilanjutkan menuju pemetaan kompetensi mahasiswa yang harus dan bisa kita kembangkan berkaitan dengan pencapaian tujuan ITB. Dari keduanya pusat inkubator ini akan mulai memetakan pelayanan yang bisa diberikan berkaitan dengan optimalisasi potensi demi tercapainya pengembangan kompetensi mahasiswa yang berwawasan tri dharma perguruan tinggi.

Visi

”Mengembangkan Kompetensi Mahasiswa Yang Berwawasan Tridharma Perguruan Tinggi”

Misi
1. Menghimpun ide-ide yang dimiliki oleh mahasiswa ITB dan menginkubasi ide tersebut menjadi sesuatu yang tepat guna sesuai dengan nilai-nilai ITB.
2. Menegaskan bentuk mekanisme kerja dan komunikasi yang terstruktur antara elemen-elemen ITB yang terkait dalam proses pengembangan kompetensi dan inovasi mahasiswa ITB.
3. Menjembatani ide-ide mahasiswa ITB dengan masalah-masalah nyata dalam masyarakat.
Beberapa program yang sedang ditangani oleh Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa ITB :
1. Desa Mitra KM ITB dan aliansinya
2. Satoe Indonesia
3. Renovasi Ruang 32 CC Barat
4. Penataan lalu lintas pada jaringan jalanan di sekitar kawasan kampus ITB.
5. Renovasi ruangan bioskop LFM 9009.
6. Penyediaan media informasi terintegrasi ITB.
7. Social Mapping Pengalengan
8. Revitalisasi Gelap Nyawang
How to join us?
1. Menjadi Pengurus yang membantu proses penumbuhan ide di kalangan civitas akademika ITB (Innovation Process), berhubungan dengan pihak-pihak penting yang terkait (Networking and IT System), atau mengatur manajemen organisasi (Organizational Development)
2. Menjadi mitra dalam pencapaian cita-cita bersama, yaitu dengan menyumbangkan gagasannya dalam penumbuhan ide dan inovasi di kalangan civitas akademika.
3. Menjadi stakeholder yang akan bermitra seputar pendanaan, masalah regulasi, atau bimbingan (Mentorship). Membuka peluang untuk kerjasama berbagai persoalan bangsa untuk berbagai skala, baik lokal, nasional, maupun internasional.
4. Contact Person : Ikhsan Sigma Putra, EL'06 (Inkubator Ide dan Inovasi Mahasiswa ITB, inovasiitb@yahoo.com)
Jadi, kami tunggu di I3M. Untuk masa depan Indonesia yang mandiri dan produktif!

I3M ITB
"Build our nation with through ideas and innovations."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar